PERAN BAHASA
INDONESIA
PADA ERA GLOBALISASI
Nama :
Finurika
NIM :
43114110177
KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan syukur Alhammdulillah ke hadirat Allah SWT , karena atas ridho
dan rahmat Nya, maka makalah
yang saya kaji ini guna untuk mengetahui, mendeskripsikan, memberikan contoh dan
fungsi dari Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi yang berlangsung di berbagai
belahan dunia.
Penulisan makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia dengan membahas topic mengenai “ Peran Bahasa Indonesia
Pada Era Globalisasi”
Saya menyadari makalah ini banyak kekurangan dalam
penyusunan, pengolahaan analisa, menarik
kesimpulan maupun mendeskripikan teori. Namun, sebagaimana prosedur dari
program fakultas Ekonomi Manjamen Univesitas Mercu Buana, maka makalah ini
sebagai penunjang nilai dalam mata kuliah perpajakan. semoga memberikan manfaat mengenai apa saja peran Bahasa
Indonesia dalam menghadapi Era Globalisasi untuk pengajar atau pembaca.
Jakarta,
23 Desember 2015
FINURIKA
DAFTAR ISI
JUDUL
..........................................................................................................
KATA PENGANTAR
…………………………………………………………….
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
…………………………………………………......
1.
Latar Belakang ……………………………………………………
2.
Perumusan Masalah ……………………………………..............
3.
Tujuan .
............................................................................
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………...
I. Landasan Teori ……………………………………………………
1. Gambaran Potret Bahasa Indonesia pada
globalisasi………………………...
2.
Gambaran Perkembangan Bahasa Indonesia…………………………………
B. Tinjauan Hasil
–Hasil Penelitian Sebelumnya …………………..
1. Pengertian Globalisasi dan Bahasa
.......................................
2. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia
.............................
C. Kerangka Pemikiran
Studi ……………………………………….
BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………………..
1.Peranan Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi……………………………
2. Menyikapi
Bahasa Indonesia Pada Era
Globalisasi .................................
3.
Tantangan dan Peluang pada Era Globalisasi……………………….
4. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
……………………………………….
A.
Kesimpulan ………………………………………………………
B.
Saran ……………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………………
LAMPIRAN ……………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sampai saat ini, sudah 87 tahun
usia bahasa Indonesia sejak pertama kali disebut secara resmi pada Soempah
Pemoeda 28 Oktober 1928. Kurun waktu yang tidak dapat dikatakan sebentar,
tetapi tidak juga terlalu tua. Dalam rentang waktu tersebut, berbagai peristiwa
berkaitan dengan bahasa Indonesia terjadi. Kongres bahasa Indonesia, berbagai
ejaan yang muncul sejak Ejaan van Ophuysen sampai Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, seminar-seminar, penelitian-penelitian, dan
secara legal formal adalah ditetapkannya bahasa Indonesia secara resmi sebagai
bahasa nasional dan bahasa negara dalam bab XV pasal 36 Undang-undang Dasar
1945.
Fenomena paling menonjol yang
tengah terjadi pada kurun waktu ini adalah terjadinya proses globalisasi.
Proses perubahan inilah yang disebut Alvin Toffler sebagai gelombang ketiga,
setelah berlangsung gelombang pertama (agrikultiur) dan gelombang kedua
(industri). Perubahan yang demikian menyebabkan terjadinya pula pergeseran
kekuasaan dari pusat kekuasaan yang bersumber pada tanah, kemudian kepada
kapital atau modal, selanjutnya (dalam gelombang ketiga) kepada penguasaan
terhadap informasi (ilmu pengetahuan dan tekhnologi).
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90%
warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan
penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748
bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu.Penutur Bahasa Indonesia kerap
kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan
dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia
digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat
lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya,sehingga
dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
Fonologi
dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. Dasar-dasar yang
penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu
beberapa minggu, karena tata Bahasa Indonesia sudah mengalami banyak perubahan
terutama dalam penulisan huruf, meskipun saat melafalkan bunyinya sama,
sehingga dengan pembaruan penulisan dalam kaedah Bahasa Indonesia sangat mudah
untuk penyampaian dalam fungsi Bahasa sebagai Bahasa perhubungan.
Derasnya
arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan
dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan
budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa
Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas,
baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep – konsep dan
istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia.
Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu,
termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana
berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
1. Gambaran Potret Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi
2. Gambaran Perkembangan Bahasa Indonesia
3. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia
4. Peranan Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi
5. Tantangan dan Peluang Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi
1.3 TUJUAN MASALAH
1. Menggambarkan bagaimana kondisi Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi
2. Menjabarkan perkembangan bahasa Indonesia sampai saat Era Globalisasi
3. Menganalisa apa saja fungsi dan kedudukan Bahasa Indonesia
4. pentingnya peranan bahasa Indonesia pada Era Globalisasi
5. Mengevaluasi tantangan dan peluang bahasa Indonesia pada Era
Globalisasi
II. PEMBAHASAN
2.1 LANDASAN TEORI
A. GAMBARAN POTRET BAHASA INDONESIA PADA ERA GLOBALISASI
Era globalisasi akan menyentuh semua aspek kehidupan,
termasuk bahasa. Bahasa yang semakin global dipakai oleh semua bangsa di dunia
ialah bahasa Inggris, yang pemakainya lebih dari satu miliar. Akan tetapi, sama
hanya denga bidang-bidang kehidupan lain, sebagaimana dikemukakan oleh Naisbii (1991)
dalam bukunya Global Paradox, akan terjadi paradoks-paradoks dalam berbagai
komponen kehidupan termasuk Bahasa pribumi dan Bahasa Inggris misalnya,
walaupun pemakainya semakin besar sebagai bahasa keduanya masyarakat suatu negara akan semakin kuat juga
memempertahankan bahasa ibunya.
Di Islandia, sebuah negara kecil di Eropa, yang
jumlah penduduknya sekitar 250.000 orang, walaupun mereka dalam berkomunikasi
sehari-hari menggunakan bahasa Inggris seabagai bahasa kedua, negara ini masih
mempertahankan kemurnian bahasa pertamanya dari pengaruh bahasa Inggris. Di
Kubekistan (Guebec), yang salama ini peraturan di negara bagian ini mewajibkan
penggunaan bahasa Perancis untuk semua papan nama, sekarang diganti dengan
bahasa sendiri. Demikian juga negara-negara pecahan Rusia seperti Ukraina,
Lithuania, Estonia (yang memisahkan diri dari Rusia) telah menggantikan semua
papan nama di negara tersebut yang selama itu menggunakan bahasa Rusia.
Bagaimana halnya dengan di Indonesia? Di Indonesia,
fenomena yang sama pernah dilakukan dengan pengeluaran Surat Menteri Dalam
Negeri kepada gubernur, bupati, dan walikota seluruh Indonesia Nomor 1021/SJ
tanggal 16 Maret 1995 tentang Penertiban Penggunaan Bahasa Asing. Surat itu
berisi instruksi agar papan-papan nama dunia usaha dan perdagangan di seluruh
Indonesia yang menggunakan bahasa asing agar diubah menjadi bahasa Indonesia.
Ketika awal pemberlakukan peraturan tersebut, tampak gencar dan bersemangat usaha
yang dilakukan oleh pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Pemda DKI Jakarta,
misalnya, bekerja sama dengan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
mengadakan teguran-teguran lisan dan tertulis, bahkan turun ke lapangan
mendatangi perusahaan-perusahaan yang papan namanya menggunakan bahasa Inggris
atau mencampuradukkan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dengan struktur
bahasa Inggris. Misalnya, sebelumnya terpampang “Pondok Indah Mall”, “Ciputra
Mall”, “Lippo Bank”, “Mestika Bank”, dan lain=lain, sekarang diubah menjadi
“Mal Pondok Indah”, “Mal Ciputra”, “Bank Lippa”, “Bank Mestika”.
Sejauh ini tanpa
terasa banyak kosakata yang sebenarnya hasil serapan dari bahasa lain tetapi
sudah kita anggap sebagai kosa kata bahasa
Melayu/Indonesia. Misalnya sebagai berikut
Bahasa Asal:
Contoh Kata yang Diserap:
• Bahasa Sanskerta agama, bahasa, cerita, cita, guru,
harta, pertama, sastra, sorga, warta
• Bahasa Arab alam, adil, adat, daif, haram, haji, kitab, perlu, sah, subuh, hisab, madrasah, musyawarah
• Bahasa Belanda pipa, baut, kaos, pesta, peluit, setir, brankas, balok, pelopor, dongkrak, nol, bom, saku
• Bahasa Inggris kiper, kornel, tim, gol, final, tes, organisasi, proklamasi, legal, administrasi, stop,
• Bahasa Cina loteng, kue, kuah, the, cengkeh, cawan, teko, anglo, toko, tauco
• Bahasa Tamil mempelai, keledai, perisai, tirai, peri, cemeti, kedai, modal, pualam, ragam, gurindam
• Bahasa Portugis meja, kemeja, gereja, bendera, peluru, almari, mentega, roda, lentera, armada, paderi
• Bahasa Parsi bandar, syahbandar, kenduri, kelasi, anggur, istana, tamasya, takhta, nakhoda, bius
• Bahasa Jawa gampang, ngawur, ruwet, sumber, jago, lebaran, bisa, tanpa, sengit, ajeg, tuntas
• Bahasa Sunda Camat, garong, lumayan,melotot, ompreng, pencoleng, mending, nyeri, anjangsana, tahap
• Bahasa Minangkabau cemooh, ejek, bak, enau, engkau, semarak, heboh, cetus, ngarai, taut
• Bahasa Arab alam, adil, adat, daif, haram, haji, kitab, perlu, sah, subuh, hisab, madrasah, musyawarah
• Bahasa Belanda pipa, baut, kaos, pesta, peluit, setir, brankas, balok, pelopor, dongkrak, nol, bom, saku
• Bahasa Inggris kiper, kornel, tim, gol, final, tes, organisasi, proklamasi, legal, administrasi, stop,
• Bahasa Cina loteng, kue, kuah, the, cengkeh, cawan, teko, anglo, toko, tauco
• Bahasa Tamil mempelai, keledai, perisai, tirai, peri, cemeti, kedai, modal, pualam, ragam, gurindam
• Bahasa Portugis meja, kemeja, gereja, bendera, peluru, almari, mentega, roda, lentera, armada, paderi
• Bahasa Parsi bandar, syahbandar, kenduri, kelasi, anggur, istana, tamasya, takhta, nakhoda, bius
• Bahasa Jawa gampang, ngawur, ruwet, sumber, jago, lebaran, bisa, tanpa, sengit, ajeg, tuntas
• Bahasa Sunda Camat, garong, lumayan,melotot, ompreng, pencoleng, mending, nyeri, anjangsana, tahap
• Bahasa Minangkabau cemooh, ejek, bak, enau, engkau, semarak, heboh, cetus, ngarai, taut
Ke semua
kata-kata tersebut menjadi kosakata bahasa Indonesia melalui proses adaptasi
sehingga sesuai dengan sistem bahasa Indonesia. Jadi, agaknya proses membuka
diri terhadap pengaruh kosakata asing sudah berlangsung lama dalam sejarah
perkembangan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, pada era globalisasi ini
kekhawatiran yang sangat mendalam terhadap pengaruh masuknya unsur-unsur asing
terhadap bahasa Indonesia tidak terlu terjadi. Yang perlu dicermati adalah
penagaruh asing tersebut harus diarahkan ke perkembangan yang positif terhadap
bahasa Indonesia. Bahkan, sedapat mungkin kita mencari peluang-peluang dari
pengaruh globalisasi ini bagi kamajuan perkembangan bahasa Indonesia.
B. GAMBARAN PEKEMBANGAN BAHASA INDONESIA PADA ERA GLOBALISASI
Di dalam sejarahnya, bahasa Indonesia telah berkembang
cukup menarik. Bahasa Indonesia yang tadinya hanya merupakan bahasa Melayu
dengan pendukung yang kecil telah berkembang menjadi bahasa Indonesia yang
besar. Bahasa ini telah menjadi bahasa lebih dari 200 juta rakyat di Nusantara
Indonesia. Sebagian besar di antaranya juga telah menjadikan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pertama.
Bahasa Indonesia yang tadinya berkembang dari bahasa
Melayu itu telah “menggusur” sejumlah bahasa lokal (etnis) yang kecil. Bahasa
Indonesia yang semulanya berasal dari bahasa Melayu itu bahkan juga menggeser
dan menggoyahkan bahasa etnis-etnis yang cukup besar, seperti bahasa Jawa dan
bahasa Sunda. Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa dari masyarakat baru yang
bernama masyarakat Indonesia. Di dalam persaingannya untuk merebut pasar kerja,
bahasa Indonesia telah mengalahkan bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia.
Bahasa Indonesia juga telah tumbuh dan berkembang menjadi bahasa yang modern
pula.
Perkembangan yang demikian akan terus berlanjut.
Perkembangan tersebut akan banyak ditentukan oleh tingkat kemajuan masyarakat
dan peranan yang strategis dari masyarakat dan kawasan ini di masa depan.
Diramalkan bahwa masyarakat kawasan ini, yaitu Indonesia, Malasyia, Thailand,
Vietnam, Brunai Darussalam, dan Filipina akan menjadi salah satu global-tribe
yang penting di dunia. Jika itu terjadi, bahasa Indonesia (lebih jauh bahasa Melayu)
juga akan menjadi bahasa yang lebih bersifat global. Proses globalisasi bahasa
Melayu (baru) untuk kawasan Nusantara, dan bahasa-bahasa Melayu untuk kawasan
Asia Pasifik (mungkin termasuk Australia) menjadi tak terelakkan. Peranan
kawasan ini (termasuk masyarakatnya, tentu saja) sebagai kekuatan ekonomi,
industri dan ilmu pengetahuan yang baru di dunia, akan menentukan pula
bagaimana perkembangan bahasa Indonesia (dan bahasa Melayu) modern.
Bahasa dan
sastra Indonesia sudah semenjak lama memiliki tradisi kosmopolitan. Sastra
modern Indonesia telah menggeser dan menggusur sastra tradisi yang ada di
pelbagai etnis yang ada di Nusantara. Perubahan
yang terjadi itu tidak hanya menyangkut masalah struktur dan bahasa, tetapi
lebih jauh mengungkapkan permasalahan manusia baru (atau lebih tepat manusia
marginal dan tradisional) yang dialami manusia di dalam sebuah proses
perubahan. Lihatlah tokoh-tokoh dalam roman dan novel Indonesia. Lihatlah tokoh
Siti Nurbaya di dalam roman Siti Nurbaya, tokoh Zainudin di dalam roman
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, tokoh Hanafi di dalam roman Salah Asuhan,
tokoh Tini, dan Tono di dalam novel Belenggu, sampai kepada tokoh Lantip di
dalam roman Priyayi. Mereka adalah tokoh-tokoh yang berusaha masuk ke dunia
yang baru, dunia yang global, dengan tertatih-tatih.
Dengan demikian, satra Indonesia (dan Melayu) modern
pada hakikatnya adalah sastra yang berada pada jalur yang mengglobal itu.
Sebagaimana dengan perkembangan bahasa Indonesia, sastra Indonesia tidak ada
masalah dalam globalisasi karena ia memang berada di dalamnya. Yang menjadi
soal adalah bagaimana menjadikan bahasa dan sastra itu memiliki posisi yang
kuat di tengah-tengah masyarakatnya. Atau lebih jauh, bagaimana langkah untuk
menjadikan masyarakatnya memiliki posisi kuat di tengah-tengah masyarakat dunia
(lainnya). Kalau merujuk kepada pandangan-pandangan Alvin Toffler
atau John Naisbitt, dua peramal masa depan tanpa bola-bola kristal, bahasa
Indonesia dan sastra Indonesia akan menjadi bahasa (dan sastra) yang penting di
dunia.
2.2 TINJAUAN
TEORI
A.
PENGERTIAN
Globalisasi,
menurut Emanuel Ritcher, adalah sebuah jaringan kerja global yang menyatukan
masyarakat yang sebelumnya berpencar serta terisolasi menjadi saling memiliki
ketergantungan dan mewujudkan suatu persatuan dunia. Globalisasi
dapat diartikan sebagai “penyebaran sesuatu secara mendunia”, baik budaya,
ideologi, maupun teknologi. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu
proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu
di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.
Secara garis
besar, globalisasi dapat didefinisikan sebagai sebuah jaringan kerja yang
meliputi seluruh bagian dunia, sehingga membentuk suatu hubungan ketergantungan
diantara bangsa dan negara yang berbeda. Ketergantungan ini dapat dilihat jelas
di bidang ekonomi, dimana setiap negara saling memenuhi kebutuhan masing-masing
lewat perdagangan dunia. Globalisasi juga memunculkan sebuah rasa kepedulian
yang lebih erat antara sesama manusia. Ini ditandai dengan munculnya berbagai
gerakan dan organisasi sosial yang tidak hanya terikat pada suatu negara,
tetapi juga telah melewati batasan-batasan geografis, ekonomi, dan budaya.
Dengan
semakin tergantungnya negara satu dengan negara yang lain, diperlukan satu
bahasa umum agar komunikasi dapat dilakukan lebih mudah tanpa memerlukan
penerjemah. Bahasa Inggris biasanya menjadi bahasa yang paling mudah
memengaruhi bahasa-bahasa lain di dunia, dikarenakan penggunaannya sebagai
bahasa Internasional. Indonesia,
sebagai sebuah negara yang sejak awal memiliki berbagai macam suku budaya
dengan berbagai bahasa, juga tidak luput dari ancaman kikisan globalisasi.
Bahasa Indonesia sendiri adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa
resmi Republik Indonesia[9] dan bahasa persatuan bangsa Indonesia[10]. Bahasa
Indonesia diresmikan penggunaannya sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, bersamaan dengan mulai berlakunya UUD 1945 yaitu pada tanggal 18
Agustus 1945. Seiring dengan perkembangannya, bahasa Indonesia terus mengalami
perubahan, diantaranya penyempurnaan ejaan dari ejaan lama ke Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD), serta penyerapan-penyerapan kata-kata baru yang berasal
dari luar maupun dalam negeri Indonesia, hingga jadilah bahasa Indonesia yang
kita ketahui sekarang.
Tetapi,
dengan adanya globalisasi, bahasa Indonesia pun mulai terpengaruh oleh berbagai
macam bahasa lain. Bahasa Inggris, Jepang, dan Korea merupakan 3 bahasa yang
paling banyak memengaruhi pengguna bahasa Indonesia dewasa ini. Hal ini
disebabkan oleh pertukaran budaya dan informasi yang begitu deras lewat
internet, televisi, dan media-media lainnya, sehingga orang-orang Indonesia
cenderung terbiasa mengucapkan kata-kata asing seperti “good morning”, “ohayou
gozaimasu”, dan “annyeonghaseyo” daripada kata-kata bahasa Indonesia seperti
“selamat pagi”. Hal ini tentu akan sangat membahayakan kelangsungan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional.
Selain itu,
bahasa-bahasa tren yang digunakan oleh remaja-remaja Indonesia saat ini juga
akan berdampak buruk bagi bahasa Indonesia itu sendiri. Bahasa-bahasa alay yang
menggabungkan huruf dan tulisan serta sebutan-sebutan yang kadang memiliki arti
yang jauh dari konotasi sebenarnya seperti “cabe-cabean” juga dapat merusak
bahasa Indonesia, terutama apabila bahasa-bahasa tren tersebut digunakan oleh
banyak orang. Bahasa-bahasa ini biasanya menyebar dari mulut ke mulut, atau
menyebar melalui media sosial online seperti Facebook, Twitter, sehingga hanya
dalam sekejap, ratusan atau bahkan ribuan orang dapat langsung mengetahui dan
menggunakannya dalam percakapan sehari-hari. Hal tersebut tidak dapat
dipisahkan dari fenomena globalisasi yang makin gencar dengan adanya teknologi
informasi. Tren-tren bahasa yang berkembang di dalam maupun luar negeri dapat
langsung berkembang dan menjadi bahasa sehari-hari masyarakat. Ini tentu tidak
dapat dihindari, karena bahasa-bahasa lain dunia pun banyak yang dipengaruhi
oleh bahasa asing maupun bahasa slang dari negara mereka sendiri.
Untuk itu, diperlukan sebuah kesadaran dari
masyarakat, terutama masyarakat Indonesia sebagai pengguna bahasa Indonesia,
dalam menggunakan bahasa Indonesia. Masyarakat harus lebih bijak dalam
memilah-milah bahasa baik dan buruk yang mereka dengar di internet ataupun
media lainnya, sehingga mereka dapat membatasi penggunaan bahasa alay yang
berlebihan. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia di halaman-halaman sosial
media atau aplikasi-aplikasi situs web juga dapat dilakukan agar bahasa
Indonesia dapat menjadi salah satu bahasa internet, sehingga bahasa nasional
Republik Indonesia ini dapat menjadi bagian dari globalisasi, bukan menjadi
“korban” dari globalisasi
B. FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
Bahasa
Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti tercantum pada ikrar
ketiga Sumpah Pemuda yang berbunyi Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung
bahasa persatuan , bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional ; kedudukannya berada diatas bahasa –
bahasa daerah. Selain itu, didalam undang – undang dasar 1945 tercantum pasal
khusus (BAB XV, pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan
bahwa bahasa Negara ialah bahasa Indonesia. Pertama, bahsa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan sumpah pemuda 1928; kedua,
bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Negara sesuai dengan undang –
undang dasar 1945.
Derasnya
arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan
dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan
budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa
Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas,
baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah
baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan
demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk
bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir
dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu.
Menurut
Sunaryo (dalam Sandi 2012), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia)
iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam
struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu
sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir
dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar,
menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika
cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena
bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
Di
dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,
bahasa Indonesia
berfungsi sebagai
(1) Lambang
kebanggaan kebangsaan,
(2) lambang identitas
nasional,
(3) alat perhubungan antar warga, antar
daerah, dan antar budaya,dan
(4) alat yang
memungkinkan penyatuan berbagai – bagai suku bangsa dengan latar belakang
social budaya dan bahasanya masing – masing kedalam kesatuan kebangsaan
Indonesia.
Fungsi
bahasa Indonesia yang ketiga – sebagai bahasa nasional – adalah sebagai alat
perhubungan antar warga , antar daerah, dan antar suku bangsa. Berkat adanya
bahasa nasional kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa
sehingga kesalah pahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang social budaya
dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan kita dapat bepergian dari pelosok yang satu
ke pelosok yang lain di tanah air kita dengan hanya memanfaatkan bahasa
Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi.
Fungsi
bahasa Indonesia yang keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,
adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai suku
bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda
kedalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat.
Didalam
kedudukannya sebagai bahasa Negara,
bahasa Indonesia
berfungsi sebagai
(1) bahasa resmi
kenegaraan,
(2) bahasa pengantar
didalm dunia pendidikan,
(3) alat perhubungan
pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
(4) alat pengembangan
kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagai bahasa resmi kenegaraan,
bahasa Indonesia dipakai didalam segala upacara, peristiwa dan kegiatan
kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Termasuk
kedalam kegiatan – kegiatan itu adalah penulisan dokumen – dokumen dan putusan
– putusan serta surat – surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan kenegaraan
lainnya, serta pidato-pidato kenegaraan.
Sebagai fungsinya yang kedua
didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara , bahasa Indonesia merupakan bahasa
pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak – kanak sampai dengan
perguruan tinggi diseluruh Indonesia , kecuali di daerah-daerah, seperti daerah
Aceh, Batak ,Sunda,Jawa, Madura, Bali, dan Makassar yang menggunakan bahasa
daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.
Sebagai fungsinya yang ketiga
didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia adalah alat
perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan nasional dan untuk kepentingan pelaksanaan pemerintah . didalam
hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat
komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja
sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar suku , melainkan juga sebagai
alat perhubungan didalam masyarakat yang sama latar belakang social budaya dan
bahasanya.
Akhirnya,didalam kedudukannya
sebagai bahasa Negara , bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan
kebudayaan nasional ,ilmu pengetahuan, dan teknologi. didalam hubungan ini
bahasa Indonesia adalah satu – satunya alat yang memungkinkan kita membina dan
mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memikili cirri –
ciri dan identitasnya sendiri , yang membedakannya dari kebudayaan daerah. Pada
waktu yang sama, bahasa Indonesia kita pergunakan sebagai alat untuk menyatakan
nilai – nilai sosial budaya nasional kita.
Menurut Gorys Keraf (dalam Sandi
2012), Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.Mungkin ada yang keberatan dengan
mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan
komunikasi.Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan
komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati
bersama.Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya.
Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa,
semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah.
Fungsi-fungsi
bahasa.
a. Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Kita memilih cara berbahasa yang
berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita
kepada teman kita. Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk
mengekspresikan diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau
memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak
sasarannya.Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini
berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.
b. Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang
lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi
diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula
kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita,
serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.
Sebagai alat komunikasi, bahasa
merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan
memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur
berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa
depan kita.
c. Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
Bahasa disamping sebagai salah
satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan
pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam
pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain.
Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui
bahasa.Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk
merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat
melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin
bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya.Ia
memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan
masyarakatnya (Gorys Keraf, dalam Sandi 2012).
d. Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
Sebagai alat kontrol sosial,
bahasa sangat efektif.Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri
atau kepada masyarakat.Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan
disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah
salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.Ceramah agama
atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol
sosial.Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol
sosial.
III. PEMBAHASAN
A. PERAN
BAHASA INDONESIA PADA ERA GLOBALISASI
Peranan Bahasa Indonesia Pada era
globalisasi sekarang ini, jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan
dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar
bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh budaya asing yang tidak
sesuai dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia.Pengaruh alat komunikasi yang
begitu canggih harus dihadapi dengan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia,
termasuk jati diri bahasa Indonesia. Ini semua menyangkut tentang kedisiplinan
berbahasa nasional,pemakai bahasa Indonesia yang berdisiplin adalah pemakai
bahasa Indonesia yang patuh terhadap semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa
Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisinya. Disiplin berbahasa
Indonesia akan membantu bangsa Indonesia untuk mempertahankan dirinya dari
pengaruh negatif asing atas kepribadiannya sendiri.
Peningkatan fungsi bahasa
Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus dilakukan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seirama dengan ini, peningkatan
mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan. Namun,
seiring dengan bertambahnya usia, bahasa Indonesia justru dihadang banyak
masalah. Pertanyaan bernada pesimis justru bermunculan.Mampukah bahasa
Indonesia menjadi bahasa budaya dan bahasa Iptek yang berwibawa dan punya
prestise tersendiri di tengah-tengah dahsyatnya arus globalisasi? Mampukah
bahasa Indonesia bersikap luwes dan terbuka dalam mengikuti derap peradaban
yang terus gencar menawarkan perubahan dan dinamika? Masih setia dan banggakah
para penuturnya dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi
yang efektif di tengah-tengah perubahan dan dinamika itu?
Akan tetapi, beberapa kaidah yang
telah dikodifikasi dengan susah-payah tampaknya belum banyak mendapatkan
perhatian masyarakat luas. Akibatnya bisa ditebak, pemakaian bahasa Indonesia
bermutu rendah: kalimatnya rancu dan kacau, kosakatanya payah, dan secara
semantik sulit dipahami maknanya. Anjuran untuk menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar seolah-olah hanya bersifat sloganistis, tanpa tindakan
nyata dari penuturnya (Sawali Tuhusetya, dalam Sandi 2012).
Melihat persoalan di atas, tidak
ada kata lain, kecuali menegaskan kembali pentingnya pemakaian bahasa Indonesia
dengan kaidah yang baik dan benar. Hal ini –disamping dapat dimulai dari diri
sendiri- juga perlu didukung oleh pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.
Pembelajaran bahasa Indonesia
tidak lepas dari belajar membaca, menulis, menyimak, berbicara, dan kemampuan
bersastra.Aktivitas membaca merupakan awal dari setiap pembelajaran
bahasa.Dengan membaca, mahasiswa dilatih mengingat, memahami isi bacaan,
meneliti kata-kata istilah dan memaknainya. Selain itu, mahasiswa juga akan menemukan
informasi yang belum diketahuinya.
B. SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP ERA GLOBALISASI
Arus global tanpa kita sadari
berimbas pula pada penggunaan dan keberadaan bahasa Indonesia di masyarakat.
Penggunaan bahasa di dunia maya, facebook misalnya, memberi banyak perubahan
bagi sturktur bahasa Indonesia yang oleh beberapa pihak disinyalir merusak
bahasa itu sendiri. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus disikapi
bersama termasuk dalam pengajarannya.Di era global dengan berbagai kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, seharusnya bisa kita manfaatkan dalam
pemertahanan bahasa Indonesia. Salah satunya dengan pembelajaran bahasa
Indonesia berbasis ICT (Information, Communication and Technology).
Pemanfaatan ICT sudah menjadi
keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi misalnya dengan memanfaatkan ICT
sebagai alat bantu pembelajaran bahasa Indonesia. Pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk pendidikan dapat dilaksanakan dalam berbagai
bentuk sesuai dengan fungsinya dalam pendidikan. Menurut Indrajut (dalam Sandi
2012), fungsi teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan dapat dibagi
menjadi tujuh fungsi, yakni: (1) sebagai gudang ilmu,(2) sebagai alat bantu
pembelajaran,(3)sebagai fasilitas pendidikan,(4) sebagai standar kompetensi,(5)
sebagai penunjang administrasi,(6) sebagai alat bantu manajemen sekolah, dan(7)
sebagai infrastruktur pendidikan.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional harus disikapi bersama termasuk dalam pengajarannya.Bahasa Indonesia
yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai
informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi
yang disampaikan. Berbagai fenomena yang berdampak buruk pada kebenaran
berbahasa yang disesuaikan dengan kaidahnya, dalam hal ini berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar.
Globalisasi memang tidak dapat
dihindari.Akulturasi bahasa nasional dengan bahasa dunia pun menjadi lebih
terasa perannya.Menguasai bahasa dunia dinilai sangat penting agar dapat
bertahan di era modern ini.Namun sangat disayangkan jika masyarakat menelan
mentah-mentah setiap istilah-istilah asing yang masuk dalam bahasa
Indonesia.Ada baiknya jika dipikirkan dulu penggunaannya yang tepat dalam
setiap konteks kalimat.Sehingga penyusupan istilah-istilah tersebut tidak
terlalu merusak tatanan bahasa nasional.
C. TANTANGAN DAN PELUANG BAHASA INDONESIA PADA ERA
GLOBALISASI
Era
globalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu dahsyat menuntut
orang pengambil kebijakan di bidang bahasa bekerja lebih keras untuk lebih
menyempurnakan dan meningkatkan semua sektor yang berhubungan dengan masalah pembinaan
bahasa. Sebagaimana dikemukakan oleh Featherston (dalam Sandi 2012),
globalisasi menembus batas-batas budaya melalui jangkauan luas perjalanan
udara, semaki luasnya komunikasi, dan meningkatnya turis (wisatawan) ke
berbagai negara.
Melihat perkembangan bahasa
Indonesia di dalam negeri yang cukup pesat, perkembangan di luar negeri pun
sangat menggembirakan. Data terakhir menunjukkan setidaknya 52 negara asing
telah membuka program bahasa Indonesia (Indonesian Language Studies).
Bahkan, perkembangan ini akan semakin meingkat setelah terbentuk Badan Asosiasi
Kelompok Bahasa Indonesia Penutur Asing di Bandung tahun 1999. Walaupun
perkembangan bahasa Indonesia semakin pesat di satu sisi, di sisi lain peluang
dan tantangan terhadap bahasa Indonesia semakin besar pula. Berbagai peluang
bahasa Indonesia dalam era globalisasi ini antara lain adanya dukungan luas
dari berbagai pihak, termasuk peran media massa. Sementara itu, tantangannya
dapat dikategorikan atas dua, yaitu tantangan internal dan tantang eksternal.Tantangan internal berupa pengaruh negatif bahasa daerah berupa
kosakata, pembentukan kata, dan struktur kalimat. Tantangan eksternal datanga
dari pengaruh negatif bahasa asing (teruatama bahasa Inggris) berupa masuknya
kosakata tanpa proses pembenukan istilah dan penggunaan struktur kalimat bahasa
Inggris.
Peluang
bagi Pengembangan Bahasa Indonesia
a.
Adanya Dukungan Luas
Telah dikemukakan bahwa pembinaan
bahasa Indonesia dari waktu ke waktu memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan.Hal ini
disebabkan oleh adanya dukungan, terutama dari pemerintah. Dukungan tersebut
dapat kita lihat dengan terbitnya surat dan program berikut :
a) Instruksi
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Nomor 20, tanggal 28 Oktober 1991,
tentang Pemsyarakatan Bahasa Indonesi dalam Rangka Pemantapan Persatuan dan
Kesatuan Bangsa;
b) Instruksi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor I/U/1992, tanggal
10 April 1992, tentang Peningkatan Usaha Pemasyarakatan Bahasa Indonesia dalam
Memperkukuh Persatuan dan Kesatuan Bangsa;
c) Surat
Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur, Bupati, dan Walikoa seluruh Indonesia,
Nomor 1021/SJ, tanggal 16 Maret 1995, tentang Penertiban Pangginaan Bahasa
Asing;
d) Pencangan
Disiplin Nasional oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 Mei 1995 yang salah
satu butirnya adalah penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar; dan
e) Kegiatan
Bulan Bahasa yang dilakukan setiap bulan Oktober, yang dipelopori oleh Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Peran Serta Media Massa
Tidak dapat disangkal bahwa media
massa memberikan andil bagi pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Kata
dan istilah baru, baik yang bersumber dari bahasa daerah maupun dari bahasa
asing, pada umumnya lebih awal diakai oleh media massa, apakah di media surat
kabar, radio, atau televisi. Media massa memang memiliki kelebihan. Di samping
memiliki jumlah pembaca, pendengar, dan pemirsa yang banyak, media mass
mempunyai pengaruh yang besar di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, media
massa merupakan salah satu mitra kerja yang penting dalam pelancaran dan
penyebaran informasi tentang bahasa. Seiring dengan itu, pembinaan bahasa
Indonesia di kalangan media massa mutlak diperlukan guna menangkal informasi
yang menggunakan kata dan istilah yang menyalahi kaidah kebahasaan. Kalangan
memdia massa harus diyakinkan bahwa mereka juga pembinan bahasa seperti kita.
2. Tantangan dan Upaya Penanggulangannya
Masalah pembinaan dan pengembangan bahasa selama ini
telah memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan.Hal ini tidak berarti di
seputar itu tidak ada hambatan atau tantangan yang memerlukan penanganan yang
serius. Pada masa-masa mendatang pembinaan dan pengembangan bahasa dihadapkan
kepada berbagai tantangan yang apabila hal itu tidak ditangani dengan
sungguh-sungguh akan menjadi kerikil-kerikil tajam yang dapat menghambat usaha
tersebut.
Tantangan-tantangan yang patut dipertimbangan itu antara lain sebagai berikut:
Tantangan-tantangan yang patut dipertimbangan itu antara lain sebagai berikut:
a.
Sumber Daya Manusia (SDM)
Keberhasilan suatu program dan
usaha sangat banyak ditentukan oleh sumber daya manusianya. Keberhasilan
pembinaan dan pengembangana bahasa pu antara lain juga bergantung kepada
manusia pelaksananya. Sehubungan dengan itulah, sosok yang memegang kendali
dalam pembinaan dan pengembangan bahasa padamasa-masamendatang dituntut lebih
profesional lagi di bidangnya.
Kemajuan atau perkembangan dalam
segala sektor kehidupan sebagai dampak kemajuan ilmu dan teknologi menuntut
fungsi optimal bahasa Indonesia sebagai saranan komunikasi masyarakat Indoesia.
Bahasa Indonesia dituntut lebih efektif dan efisien dalam mewadahi berbagai
konsep yang diperlukan masyarakat Idonesia yang semakin terbuka dan
modern.Bahasa Indonesia juga harus bisa memenuhi keperluan masyarakat
pemakainya dalam berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, pendidikan,
pengetahuan, teknologi, keamanan, dan kebudayaan (Moeliono, dalam Sandi 2012).
Dengan kata lain, bahasa Indonesia harus bisa mewujudkan jati dirinya sebagai
bahasa modern, sebagaimana yang diamanatkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
(Lihat GBHN 1998).
b. Bahasa Asing dan Gengsi Sosial
Salah satu butir tujuan pembinaan
bahasa Indonesia ialah membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Hal ini
memberikan isyarat bahwa masalah sikap merupakan faktor yang paling menentukan
keberhasilan
pembinaan tersebut. Dari sikap positif inilah akan tumbuh kecintaan dan
kebanggan berbahasa Indonesia.
Sikap positif
terhadap bahasa Indonesia akhit-akhir ini memang sudah menampak, walaupun belum
seperti yang kita harapkan. Hal ini berarti bahwa pembinaan bhasa Indonesia
yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam berbagai bentuknya telah
menmpakkan hasil yang cukup menggembirakan.Bahasa Indonesia telah
memperlihatkan peranannya dalam kehidupan bangsa Indonesia, baik sebagai sarana
komunikasi maupun sebagai pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini
perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan supaya bahasa Indonesia benar-benar
menjadi kebanggan kita sebagai bangsa Indonesia.
Jika kita berbicara tentang
gengsi sosial dalam huungannya dengan bahasa Indonesia secar jujur masih
memerlukan penanganan yang serius, baik yang menyangkut pembinaan maupun
pengembangannya. Gengsi sosial bahasa Indonesia masih kalah tinggi dengan
gengsi sosial bahasa asing (terutamabahasa Inggris) memang kita akui, dan ahal
ini merupakan tantangan. Namun, hal ini janganlah kita tinggal diam dan
pesimis.
Sebaliknya, kita harus nelakukan
upaya-upaya yang dapat mengangkat gengsi sosial atau martabat bahasa Indonesia
sehingga dapat sejajat dengan bahasa-asinhg asing yang sudah maju,mempunyai
nama (prestise),dan berpengaruh besar di kalangan masyarakat.Salah satu
cara yang bisa dilakukan agar bahasa Indonesia mempunyai gengsi sosial yang
tinggi di kalangan masyatakat Indonesia adalah memberikan penghargaan yang proporsional
kepada anggota masyarakat yang mampu berbahasa Indonesia (baik lisan maupun
tulis) dengan baik dan benar, sebagai bagian dari porestasi yang bersangkutan.
Misalnya, sedbagai persyaratan pengangkatan pegawai negeri atau karyawan,
sebagai perssuaratan promosi jabatan, pemberian royalti yang layak kepada
penulis/pengarang di bidang masing-masing dengan menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. penagaruh
asing tersebut harus diarahkan ke perkembangan yang positif terhadap bahasa
Indonesia. Bahkan, sedapat mungkin kita mencari peluang-peluang dari pengaruh
globalisasi ini bagi kamajuan perkembangan bahasa Indonesia.
2. diperlukan
sebuah kesadaran dari masyarakat, terutama masyarakat Indonesia sebagai
pengguna bahasa Indonesia, dalam menggunakan bahasa Indonesia. Masyarakat harus
lebih bijak dalam memilah-milah bahasa baik dan buruk yang mereka dengar di
internet ataupun media lainnya, sehingga mereka dapat membatasi penggunaan
bahasa alay yang berlebihan
3.
Pembelajaran bahasa
Indonesia tidak lepas dari belajar membaca, menulis, menyimak, berbicara, dan
kemampuan bersastra.Aktivitas membaca merupakan awal dari setiap pembelajaran
bahasa.Dengan membaca, mahasiswa dilatih mengingat, memahami isi bacaan,
meneliti kata-kata istilah dan memaknainya. Selain itu, mahasiswa juga akan
menemukan informasi yang belum diketahuinya.
4.
Bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional harus disikapi bersama termasuk dalam pengajarannya.Bahasa
Indonesia yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai
penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran
informasi yang disampaikan. Berbagai fenomena yang berdampak buruk pada
kebenaran berbahasa yang disesuaikan dengan kaidahnya, dalam hal ini berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
B. Saran
Peningkatan fungsi bahasa
Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus dilakukan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seirama dengan ini, peningkatan
mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Prabowo,
Sandi. 2012. “Makalah Fungsi Dan Peran Bahasa
Indonesia Dalam Era Dalam Globalisasi”.
https://alafu59.wordpress.com/2012/11/02/makalah-fungsi-dan-peran-bahasa-indonesia-dalam-era-globalisasi/. Diakses : 26 November 2014.€€
Tidak ada komentar:
Posting Komentar