INFORMASI BISA BASA BASI

Coretan, Daily Noted, Daily Post, Tugas dan Makalah. Enjoy For Reading, Blogger!

Senin, 09 Mei 2016

PERAN BAHASA INDONESIA PADA ERA GLOBALISASI




PERAN BAHASA INDONESIA
PADA ERA GLOBALISASI


                                                           
Nama               : Finurika
NIM                 : 43114110177


KATA PENGANTAR


            Dengan mengucapkan syukur Alhammdulillah ke hadirat Allah SWT , karena atas ridho dan rahmat Nya, maka makalah yang saya kaji ini guna untuk mengetahui, mendeskripsikan, memberikan contoh dan fungsi dari Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi yang berlangsung di berbagai belahan dunia.

Penulisan makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dengan membahas topic mengenai “ Peran Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi”

Saya menyadari makalah ini banyak kekurangan dalam penyusunan,  pengolahaan analisa, menarik kesimpulan maupun mendeskripikan teori. Namun, sebagaimana prosedur dari program fakultas Ekonomi Manjamen Univesitas Mercu Buana, maka makalah ini sebagai penunjang nilai dalam mata kuliah perpajakan. semoga memberikan manfaat mengenai apa saja peran Bahasa Indonesia dalam menghadapi Era Globalisasi untuk pengajar atau pembaca.

                                                                                   Jakarta, 23 Desember 2015




                                                                                                FINURIKA





DAFTAR ISI

JUDUL ..........................................................................................................
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………......
            1. Latar Belakang ……………………………………………………
            2. Perumusan Masalah ……………………………………..............
            3. Tujuan .   ............................................................................
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………...
I. Landasan Teori ……………………………………………………
            1. Gambaran Potret Bahasa Indonesia pada globalisasi………………………...
            2. Gambaran Perkembangan Bahasa Indonesia…………………………………
B. Tinjauan Hasil –Hasil Penelitian Sebelumnya …………………..
            1. Pengertian Globalisasi dan Bahasa .......................................
            2. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia .............................
C. Kerangka Pemikiran Studi ……………………………………….
BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………………..
            1.Peranan Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi……………………………
            2. Menyikapi Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi .................................
            3. Tantangan dan Peluang pada Era Globalisasi……………………….
4. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………….
            A. Kesimpulan ………………………………………………………
            B. Saran ……………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………
LAMPIRAN ……………………………………






BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Sampai saat ini, sudah 87 tahun usia bahasa Indonesia sejak pertama kali disebut secara resmi pada Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928. Kurun waktu yang tidak dapat dikatakan sebentar, tetapi tidak juga terlalu tua. Dalam rentang waktu tersebut, berbagai peristiwa berkaitan dengan bahasa Indonesia terjadi. Kongres bahasa Indonesia, berbagai ejaan yang muncul sejak Ejaan van Ophuysen sampai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, seminar-seminar, penelitian-penelitian, dan secara legal formal adalah ditetapkannya bahasa Indonesia secara resmi sebagai bahasa nasional dan bahasa negara dalam bab XV pasal 36 Undang-undang Dasar 1945.
Fenomena paling menonjol yang tengah terjadi pada kurun waktu ini adalah terjadinya proses globalisasi. Proses perubahan inilah yang disebut Alvin Toffler sebagai gelombang ketiga, setelah berlangsung gelombang pertama (agrikultiur) dan gelombang kedua (industri). Perubahan yang demikian menyebabkan terjadinya pula pergeseran kekuasaan dari pusat kekuasaan yang bersumber pada tanah, kemudian kepada kapital atau modal, selanjutnya (dalam gelombang ketiga) kepada penguasaan terhadap informasi (ilmu pengetahuan dan tekhnologi).
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu.Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya,sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu, karena tata Bahasa Indonesia sudah mengalami banyak perubahan terutama dalam penulisan huruf, meskipun saat melafalkan bunyinya sama, sehingga dengan pembaruan penulisan dalam kaedah Bahasa Indonesia sangat mudah untuk penyampaian dalam fungsi Bahasa sebagai Bahasa perhubungan.


Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi.  Konsep – konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu.

1.2 PERUMUSAN MASALAH
1. Gambaran Potret Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi
2. Gambaran Perkembangan Bahasa Indonesia
3. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia
4. Peranan Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi
5. Tantangan dan Peluang Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi


1.3 TUJUAN MASALAH
1. Menggambarkan bagaimana kondisi Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi
2. Menjabarkan perkembangan bahasa Indonesia sampai saat Era Globalisasi
3. Menganalisa apa saja fungsi dan kedudukan Bahasa Indonesia
4. pentingnya peranan bahasa Indonesia pada Era Globalisasi
5. Mengevaluasi tantangan dan peluang bahasa Indonesia pada Era Globalisasi




II. PEMBAHASAN

2.1 LANDASAN TEORI
A. GAMBARAN POTRET BAHASA INDONESIA PADA ERA GLOBALISASI
Era globalisasi akan menyentuh semua aspek kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa yang semakin global dipakai oleh semua bangsa di dunia ialah bahasa Inggris, yang pemakainya lebih dari satu miliar. Akan tetapi, sama hanya denga bidang-bidang kehidupan lain, sebagaimana dikemukakan oleh Naisbii (1991) dalam bukunya Global Paradox, akan terjadi paradoks-paradoks dalam berbagai komponen kehidupan termasuk Bahasa pribumi dan Bahasa Inggris misalnya, walaupun pemakainya semakin besar sebagai bahasa keduanya masyarakat suatu negara akan semakin kuat juga memempertahankan bahasa ibunya.
Di Islandia, sebuah negara kecil di Eropa, yang jumlah penduduknya sekitar 250.000 orang, walaupun mereka dalam berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa Inggris seabagai bahasa kedua, negara ini masih mempertahankan kemurnian bahasa pertamanya dari pengaruh bahasa Inggris. Di Kubekistan (Guebec), yang salama ini peraturan di negara bagian ini mewajibkan penggunaan bahasa Perancis untuk semua papan nama, sekarang diganti dengan bahasa sendiri. Demikian juga negara-negara pecahan Rusia seperti Ukraina, Lithuania, Estonia (yang memisahkan diri dari Rusia) telah menggantikan semua papan nama di negara tersebut yang selama itu menggunakan bahasa Rusia.

Bagaimana halnya dengan di Indonesia? Di Indonesia, fenomena yang sama pernah dilakukan dengan pengeluaran Surat Menteri Dalam Negeri kepada gubernur, bupati, dan walikota seluruh Indonesia Nomor 1021/SJ tanggal 16 Maret 1995 tentang Penertiban Penggunaan Bahasa Asing. Surat itu berisi instruksi agar papan-papan nama dunia usaha dan perdagangan di seluruh Indonesia yang menggunakan bahasa asing agar diubah menjadi bahasa Indonesia. Ketika awal pemberlakukan peraturan tersebut, tampak gencar dan bersemangat usaha yang dilakukan oleh pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Pemda DKI Jakarta, misalnya, bekerja sama dengan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa mengadakan teguran-teguran lisan dan tertulis, bahkan turun ke lapangan mendatangi perusahaan-perusahaan yang papan namanya menggunakan bahasa Inggris atau mencampuradukkan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dengan struktur bahasa Inggris. Misalnya, sebelumnya terpampang “Pondok Indah Mall”, “Ciputra Mall”, “Lippo Bank”, “Mestika Bank”, dan lain=lain, sekarang diubah menjadi “Mal Pondok Indah”, “Mal Ciputra”, “Bank Lippa”, “Bank Mestika”.

Sejauh ini tanpa terasa banyak kosakata yang sebenarnya hasil serapan dari bahasa lain tetapi sudah kita anggap sebagai kosa kata bahasa Melayu/Indonesia. Misalnya sebagai berikut
Bahasa Asal:
Contoh Kata yang Diserap:
• Bahasa Sanskerta agama, bahasa, cerita, cita, guru, harta, pertama, sastra, sorga, warta
• Bahasa Arab alam, adil, adat, daif, haram, haji, kitab, perlu, sah, subuh, hisab, madrasah, musyawarah
• Bahasa Belanda pipa, baut, kaos, pesta, peluit, setir, brankas, balok, pelopor, dongkrak, nol, bom, saku
• Bahasa Inggris kiper, kornel, tim, gol, final, tes, organisasi, proklamasi, legal, administrasi, stop,
• Bahasa Cina loteng, kue, kuah, the, cengkeh, cawan, teko, anglo, toko, tauco
• Bahasa Tamil mempelai, keledai, perisai, tirai, peri, cemeti, kedai, modal, pualam, ragam, gurindam
• Bahasa Portugis meja, kemeja, gereja, bendera, peluru, almari, mentega, roda, lentera, armada, paderi
• Bahasa Parsi bandar, syahbandar, kenduri, kelasi, anggur, istana, tamasya, takhta, nakhoda, bius
• Bahasa Jawa gampang, ngawur, ruwet, sumber, jago, lebaran, bisa, tanpa, sengit, ajeg, tuntas
• Bahasa Sunda Camat, garong, lumayan,melotot, ompreng, pencoleng, mending, nyeri, anjangsana, tahap
• Bahasa Minangkabau cemooh, ejek, bak, enau, engkau, semarak, heboh, cetus, ngarai, taut

Ke semua kata-kata tersebut menjadi kosakata bahasa Indonesia melalui proses adaptasi sehingga sesuai dengan sistem bahasa Indonesia. Jadi, agaknya proses membuka diri terhadap pengaruh kosakata asing sudah berlangsung lama dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, pada era globalisasi ini kekhawatiran yang sangat mendalam terhadap pengaruh masuknya unsur-unsur asing terhadap bahasa Indonesia tidak terlu terjadi. Yang perlu dicermati adalah penagaruh asing tersebut harus diarahkan ke perkembangan yang positif terhadap bahasa Indonesia. Bahkan, sedapat mungkin kita mencari peluang-peluang dari pengaruh globalisasi ini bagi kamajuan perkembangan bahasa Indonesia.

B. GAMBARAN PEKEMBANGAN BAHASA INDONESIA PADA ERA GLOBALISASI
Di dalam sejarahnya, bahasa Indonesia telah berkembang cukup menarik. Bahasa Indonesia yang tadinya hanya merupakan bahasa Melayu dengan pendukung yang kecil telah berkembang menjadi bahasa Indonesia yang besar. Bahasa ini telah menjadi bahasa lebih dari 200 juta rakyat di Nusantara Indonesia. Sebagian besar di antaranya juga telah menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama.
Bahasa Indonesia yang tadinya berkembang dari bahasa Melayu itu telah “menggusur” sejumlah bahasa lokal (etnis) yang kecil. Bahasa Indonesia yang semulanya berasal dari bahasa Melayu itu bahkan juga menggeser dan menggoyahkan bahasa etnis-etnis yang cukup besar, seperti bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa dari masyarakat baru yang bernama masyarakat Indonesia. Di dalam persaingannya untuk merebut pasar kerja, bahasa Indonesia telah mengalahkan bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa Indonesia juga telah tumbuh dan berkembang menjadi bahasa yang modern pula.
Perkembangan yang demikian akan terus berlanjut. Perkembangan tersebut akan banyak ditentukan oleh tingkat kemajuan masyarakat dan peranan yang strategis dari masyarakat dan kawasan ini di masa depan. Diramalkan bahwa masyarakat kawasan ini, yaitu Indonesia, Malasyia, Thailand, Vietnam, Brunai Darussalam, dan Filipina akan menjadi salah satu global-tribe yang penting di dunia. Jika itu terjadi, bahasa Indonesia (lebih jauh bahasa Melayu) juga akan menjadi bahasa yang lebih bersifat global. Proses globalisasi bahasa Melayu (baru) untuk kawasan Nusantara, dan bahasa-bahasa Melayu untuk kawasan Asia Pasifik (mungkin termasuk Australia) menjadi tak terelakkan. Peranan kawasan ini (termasuk masyarakatnya, tentu saja) sebagai kekuatan ekonomi, industri dan ilmu pengetahuan yang baru di dunia, akan menentukan pula bagaimana perkembangan bahasa Indonesia (dan bahasa Melayu) modern.
 Bahasa dan sastra Indonesia sudah semenjak lama memiliki tradisi kosmopolitan. Sastra modern Indonesia telah menggeser dan menggusur sastra tradisi yang ada di pelbagai etnis yang ada di Nusantara. Perubahan yang terjadi itu tidak hanya menyangkut masalah struktur dan bahasa, tetapi lebih jauh mengungkapkan permasalahan manusia baru (atau lebih tepat manusia marginal dan tradisional) yang dialami manusia di dalam sebuah proses perubahan. Lihatlah tokoh-tokoh dalam roman dan novel Indonesia. Lihatlah tokoh Siti Nurbaya di dalam roman Siti Nurbaya, tokoh Zainudin di dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, tokoh Hanafi di dalam roman Salah Asuhan, tokoh Tini, dan Tono di dalam novel Belenggu, sampai kepada tokoh Lantip di dalam roman Priyayi. Mereka adalah tokoh-tokoh yang berusaha masuk ke dunia yang baru, dunia yang global, dengan tertatih-tatih.
Dengan demikian, satra Indonesia (dan Melayu) modern pada hakikatnya adalah sastra yang berada pada jalur yang mengglobal itu. Sebagaimana dengan perkembangan bahasa Indonesia, sastra Indonesia tidak ada masalah dalam globalisasi karena ia memang berada di dalamnya. Yang menjadi soal adalah bagaimana menjadikan bahasa dan sastra itu memiliki posisi yang kuat di tengah-tengah masyarakatnya. Atau lebih jauh, bagaimana langkah untuk menjadikan masyarakatnya memiliki posisi kuat di tengah-tengah masyarakat dunia (lainnya). Kalau merujuk kepada pandangan-pandangan Alvin Toffler atau John Naisbitt, dua peramal masa depan tanpa bola-bola kristal, bahasa Indonesia dan sastra Indonesia akan menjadi bahasa (dan sastra) yang penting di dunia.

2.2 TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Globalisasi, menurut Emanuel Ritcher, adalah sebuah jaringan kerja global yang menyatukan masyarakat yang sebelumnya berpencar serta terisolasi menjadi saling memiliki ketergantungan dan mewujudkan suatu persatuan dunia. Globalisasi dapat diartikan sebagai “penyebaran sesuatu secara mendunia”, baik budaya, ideologi, maupun teknologi. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.

Secara garis besar, globalisasi dapat didefinisikan sebagai sebuah jaringan kerja yang meliputi seluruh bagian dunia, sehingga membentuk suatu hubungan ketergantungan diantara bangsa dan negara yang berbeda. Ketergantungan ini dapat dilihat jelas di bidang ekonomi, dimana setiap negara saling memenuhi kebutuhan masing-masing lewat perdagangan dunia. Globalisasi juga memunculkan sebuah rasa kepedulian yang lebih erat antara sesama manusia. Ini ditandai dengan munculnya berbagai gerakan dan organisasi sosial yang tidak hanya terikat pada suatu negara, tetapi juga telah melewati batasan-batasan geografis, ekonomi, dan budaya.

Dengan semakin tergantungnya negara satu dengan negara yang lain, diperlukan satu bahasa umum agar komunikasi dapat dilakukan lebih mudah tanpa memerlukan penerjemah. Bahasa Inggris biasanya menjadi bahasa yang paling mudah memengaruhi bahasa-bahasa lain di dunia, dikarenakan penggunaannya sebagai bahasa Internasional. Indonesia, sebagai sebuah negara yang sejak awal memiliki berbagai macam suku budaya dengan berbagai bahasa, juga tidak luput dari ancaman kikisan globalisasi. Bahasa Indonesia sendiri adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi Republik Indonesia[9] dan bahasa persatuan bangsa Indonesia[10]. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, bersamaan dengan mulai berlakunya UUD 1945 yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945. Seiring dengan perkembangannya, bahasa Indonesia terus mengalami perubahan, diantaranya penyempurnaan ejaan dari ejaan lama ke Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), serta penyerapan-penyerapan kata-kata baru yang berasal dari luar maupun dalam negeri Indonesia, hingga jadilah bahasa Indonesia yang kita ketahui sekarang.

Tetapi, dengan adanya globalisasi, bahasa Indonesia pun mulai terpengaruh oleh berbagai macam bahasa lain. Bahasa Inggris, Jepang, dan Korea merupakan 3 bahasa yang paling banyak memengaruhi pengguna bahasa Indonesia dewasa ini. Hal ini disebabkan oleh pertukaran budaya dan informasi yang begitu deras lewat internet, televisi, dan media-media lainnya, sehingga orang-orang Indonesia cenderung terbiasa mengucapkan kata-kata asing seperti “good morning”, “ohayou gozaimasu”, dan “annyeonghaseyo” daripada kata-kata bahasa Indonesia seperti “selamat pagi”. Hal ini tentu akan sangat membahayakan kelangsungan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

Selain itu, bahasa-bahasa tren yang digunakan oleh remaja-remaja Indonesia saat ini juga akan berdampak buruk bagi bahasa Indonesia itu sendiri. Bahasa-bahasa alay yang menggabungkan huruf dan tulisan serta sebutan-sebutan yang kadang memiliki arti yang jauh dari konotasi sebenarnya seperti “cabe-cabean” juga dapat merusak bahasa Indonesia, terutama apabila bahasa-bahasa tren tersebut digunakan oleh banyak orang. Bahasa-bahasa ini biasanya menyebar dari mulut ke mulut, atau menyebar melalui media sosial online seperti Facebook, Twitter, sehingga hanya dalam sekejap, ratusan atau bahkan ribuan orang dapat langsung mengetahui dan menggunakannya dalam percakapan sehari-hari. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari fenomena globalisasi yang makin gencar dengan adanya teknologi informasi. Tren-tren bahasa yang berkembang di dalam maupun luar negeri dapat langsung berkembang dan menjadi bahasa sehari-hari masyarakat. Ini tentu tidak dapat dihindari, karena bahasa-bahasa lain dunia pun banyak yang dipengaruhi oleh bahasa asing maupun bahasa slang dari negara mereka sendiri.

 Untuk itu, diperlukan sebuah kesadaran dari masyarakat, terutama masyarakat Indonesia sebagai pengguna bahasa Indonesia, dalam menggunakan bahasa Indonesia. Masyarakat harus lebih bijak dalam memilah-milah bahasa baik dan buruk yang mereka dengar di internet ataupun media lainnya, sehingga mereka dapat membatasi penggunaan bahasa alay yang berlebihan. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia di halaman-halaman sosial media atau aplikasi-aplikasi situs web juga dapat dilakukan agar bahasa Indonesia dapat menjadi salah satu bahasa internet, sehingga bahasa nasional Republik Indonesia ini dapat menjadi bagian dari globalisasi, bukan menjadi “korban” dari globalisasi

B. FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda yang berbunyi Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan , bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional ; kedudukannya berada diatas bahasa – bahasa daerah. Selain itu, didalam undang – undang dasar 1945 tercantum pasal khusus (BAB XV, pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa Negara ialah bahasa Indonesia. Pertama, bahsa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan sumpah pemuda 1928; kedua, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Negara sesuai dengan undang – undang dasar 1945.


Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu.

Menurut Sunaryo (dalam Sandi 2012), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai
(1) Lambang kebanggaan kebangsaan,
(2) lambang identitas nasional,
 (3) alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar budaya,dan
(4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai – bagai suku bangsa dengan latar belakang social budaya dan bahasanya masing – masing kedalam kesatuan kebangsaan Indonesia.

Fungsi bahasa Indonesia yang ketiga – sebagai bahasa nasional – adalah sebagai alat perhubungan antar warga , antar daerah, dan antar suku bangsa. Berkat adanya bahasa nasional kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalah pahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang social budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan kita dapat bepergian dari pelosok yang satu ke pelosok yang lain di tanah air kita dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi.
Fungsi bahasa Indonesia yang keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda kedalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat.

Didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai
(1) bahasa resmi kenegaraan,
(2) bahasa pengantar didalm dunia pendidikan,
(3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
(4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai didalam segala upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Termasuk kedalam kegiatan – kegiatan itu adalah penulisan dokumen – dokumen dan putusan – putusan serta surat – surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato kenegaraan.
Sebagai fungsinya yang kedua didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara , bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak – kanak sampai dengan perguruan tinggi diseluruh Indonesia , kecuali di daerah-daerah, seperti daerah Aceh, Batak ,Sunda,Jawa, Madura, Bali, dan Makassar yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.
Sebagai fungsinya yang ketiga didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia adalah alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk kepentingan pelaksanaan pemerintah . didalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar suku , melainkan juga sebagai alat perhubungan didalam masyarakat yang sama latar belakang social budaya dan bahasanya.
Akhirnya,didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara , bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional ,ilmu pengetahuan, dan teknologi. didalam hubungan ini bahasa Indonesia adalah satu – satunya alat yang memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memikili cirri – ciri dan identitasnya sendiri , yang membedakannya dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia kita pergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai – nilai sosial budaya nasional kita.

Menurut Gorys Keraf (dalam Sandi 2012), Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi.Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama.Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah.
 Fungsi-fungsi bahasa.
a. Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
       Kita memilih cara berbahasa yang berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada teman kita. Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya.Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

b. Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita.
c. Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa.Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya.Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, dalam Sandi 2012).
d. Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
       Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif.Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat.Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial.
            
III. PEMBAHASAN
A.   PERAN BAHASA INDONESIA PADA ERA GLOBALISASI
Peranan Bahasa Indonesia Pada era globalisasi sekarang ini, jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia.Pengaruh alat komunikasi yang begitu canggih harus dihadapi dengan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati diri bahasa Indonesia. Ini semua menyangkut tentang kedisiplinan berbahasa nasional,pemakai bahasa Indonesia yang berdisiplin adalah pemakai bahasa Indonesia yang patuh terhadap semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisinya. Disiplin berbahasa Indonesia akan membantu bangsa Indonesia untuk mempertahankan dirinya dari pengaruh negatif asing atas kepribadiannya sendiri.
Peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus dilakukan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seirama dengan ini, peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan. Namun, seiring dengan bertambahnya usia, bahasa Indonesia justru dihadang banyak masalah. Pertanyaan bernada pesimis justru bermunculan.Mampukah bahasa Indonesia menjadi bahasa budaya dan bahasa Iptek yang berwibawa dan punya prestise tersendiri di tengah-tengah dahsyatnya arus globalisasi? Mampukah bahasa Indonesia bersikap luwes dan terbuka dalam mengikuti derap peradaban yang terus gencar menawarkan perubahan dan dinamika? Masih setia dan banggakah para penuturnya dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi yang efektif di tengah-tengah perubahan dan dinamika itu?
Akan tetapi, beberapa kaidah yang telah dikodifikasi dengan susah-payah tampaknya belum banyak mendapatkan perhatian masyarakat luas. Akibatnya bisa ditebak, pemakaian bahasa Indonesia bermutu rendah: kalimatnya rancu dan kacau, kosakatanya payah, dan secara semantik sulit dipahami maknanya. Anjuran untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar seolah-olah hanya bersifat sloganistis, tanpa tindakan nyata dari penuturnya (Sawali Tuhusetya, dalam Sandi 2012).
Melihat persoalan di atas, tidak ada kata lain, kecuali menegaskan kembali pentingnya pemakaian bahasa Indonesia dengan kaidah yang baik dan benar. Hal ini –disamping dapat dimulai dari diri sendiri- juga perlu didukung oleh pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.
Pembelajaran bahasa Indonesia tidak lepas dari belajar membaca, menulis, menyimak, berbicara, dan kemampuan bersastra.Aktivitas membaca merupakan awal dari setiap pembelajaran bahasa.Dengan membaca, mahasiswa dilatih mengingat, memahami isi bacaan, meneliti kata-kata istilah dan memaknainya. Selain itu, mahasiswa juga akan menemukan informasi yang belum diketahuinya.

BSIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP ERA GLOBALISASI
Arus global tanpa kita sadari berimbas pula pada penggunaan dan keberadaan bahasa Indonesia di masyarakat. Penggunaan bahasa di dunia maya, facebook misalnya, memberi banyak perubahan bagi sturktur bahasa Indonesia yang oleh beberapa pihak disinyalir merusak bahasa itu sendiri. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus disikapi bersama termasuk dalam pengajarannya.Di era global dengan berbagai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, seharusnya bisa kita manfaatkan dalam pemertahanan bahasa Indonesia. Salah satunya dengan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis ICT (Information, Communication and Technology).
Pemanfaatan ICT sudah menjadi keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi misalnya dengan memanfaatkan ICT sebagai alat bantu pembelajaran bahasa Indonesia. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk sesuai dengan fungsinya dalam pendidikan. Menurut Indrajut (dalam Sandi 2012), fungsi teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan dapat dibagi menjadi tujuh fungsi, yakni: (1) sebagai gudang ilmu,(2) sebagai alat bantu pembelajaran,(3)sebagai fasilitas pendidikan,(4) sebagai standar kompetensi,(5) sebagai penunjang administrasi,(6) sebagai alat bantu manajemen sekolah, dan(7) sebagai infrastruktur pendidikan.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus disikapi bersama termasuk dalam pengajarannya.Bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Berbagai fenomena yang berdampak buruk pada kebenaran berbahasa yang disesuaikan dengan kaidahnya, dalam hal ini berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Globalisasi memang tidak dapat dihindari.Akulturasi bahasa nasional dengan bahasa dunia pun menjadi lebih terasa perannya.Menguasai bahasa dunia dinilai sangat penting agar dapat bertahan di era modern ini.Namun sangat disayangkan jika masyarakat menelan mentah-mentah setiap istilah-istilah asing yang masuk dalam bahasa Indonesia.Ada baiknya jika dipikirkan dulu penggunaannya yang tepat dalam setiap konteks kalimat.Sehingga penyusupan istilah-istilah tersebut tidak terlalu merusak tatanan bahasa nasional.

C.   TANTANGAN DAN PELUANG BAHASA INDONESIA PADA ERA GLOBALISASI
Era globalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu dahsyat menuntut orang pengambil kebijakan di bidang bahasa bekerja lebih keras untuk lebih menyempurnakan dan meningkatkan semua sektor yang berhubungan dengan masalah pembinaan bahasa. Sebagaimana dikemukakan oleh Featherston (dalam Sandi 2012), globalisasi menembus batas-batas budaya melalui jangkauan luas perjalanan udara, semaki luasnya komunikasi, dan meningkatnya turis (wisatawan) ke berbagai negara.

Melihat perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang cukup pesat, perkembangan di luar negeri pun sangat menggembirakan. Data terakhir menunjukkan setidaknya 52 negara asing telah membuka program bahasa Indonesia (Indonesian Language Studies). Bahkan, perkembangan ini akan semakin meingkat setelah terbentuk Badan Asosiasi Kelompok Bahasa Indonesia Penutur Asing di Bandung tahun 1999. Walaupun perkembangan bahasa Indonesia semakin pesat di satu sisi, di sisi lain peluang dan tantangan terhadap bahasa Indonesia semakin besar pula. Berbagai peluang bahasa Indonesia dalam era globalisasi ini antara lain adanya dukungan luas dari berbagai pihak, termasuk peran media massa. Sementara itu, tantangannya dapat dikategorikan atas dua, yaitu tantangan internal dan tantang eksternal.Tantangan internal berupa pengaruh negatif bahasa daerah berupa kosakata, pembentukan kata, dan struktur kalimat. Tantangan eksternal datanga dari pengaruh negatif bahasa asing (teruatama bahasa Inggris) berupa masuknya kosakata tanpa proses pembenukan istilah dan penggunaan struktur kalimat bahasa Inggris.





Peluang bagi Pengembangan Bahasa Indonesia
  a.    Adanya Dukungan Luas     
Telah dikemukakan bahwa pembinaan bahasa Indonesia dari waktu ke waktu memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan.Hal ini disebabkan oleh adanya dukungan, terutama dari pemerintah. Dukungan tersebut dapat kita lihat dengan terbitnya surat dan program berikut :
a)    Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Nomor 20, tanggal 28 Oktober 1991, tentang Pemsyarakatan Bahasa Indonesi dalam Rangka Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Bangsa;
b)    Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor I/U/1992, tanggal 10 April 1992, tentang Peningkatan Usaha Pemasyarakatan Bahasa Indonesia dalam Memperkukuh Persatuan dan Kesatuan Bangsa;
c)    Surat Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur, Bupati, dan Walikoa seluruh Indonesia, Nomor 1021/SJ, tanggal 16 Maret 1995, tentang Penertiban Pangginaan Bahasa Asing;
d)    Pencangan Disiplin Nasional oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 Mei 1995 yang salah satu butirnya adalah penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar; dan
e)    Kegiatan Bulan Bahasa yang dilakukan setiap bulan Oktober, yang dipelopori oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

 Peran Serta Media Massa
Tidak dapat disangkal bahwa media massa memberikan andil bagi pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Kata dan istilah baru, baik yang bersumber dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, pada umumnya lebih awal diakai oleh media massa, apakah di media surat kabar, radio, atau televisi. Media massa memang memiliki kelebihan. Di samping memiliki jumlah pembaca, pendengar, dan pemirsa yang banyak, media mass mempunyai pengaruh yang besar di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, media massa merupakan salah satu mitra kerja yang penting dalam pelancaran dan penyebaran informasi tentang bahasa. Seiring dengan itu, pembinaan bahasa Indonesia di kalangan media massa mutlak diperlukan guna menangkal informasi yang menggunakan kata dan istilah yang menyalahi kaidah kebahasaan. Kalangan memdia massa harus diyakinkan bahwa mereka juga pembinan bahasa seperti kita.




2.   Tantangan dan Upaya Penanggulangannya
Masalah pembinaan dan pengembangan bahasa selama ini telah memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan.Hal ini tidak berarti di seputar itu tidak ada hambatan atau tantangan yang memerlukan penanganan yang serius. Pada masa-masa mendatang pembinaan dan pengembangan bahasa dihadapkan kepada berbagai tantangan yang apabila hal itu tidak ditangani dengan sungguh-sungguh akan menjadi kerikil-kerikil tajam yang dapat menghambat usaha tersebut.
Tantangan-tantangan yang patut dipertimbangan itu antara lain sebagai berikut:

a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Keberhasilan suatu program dan usaha sangat banyak ditentukan oleh sumber daya manusianya. Keberhasilan pembinaan dan pengembangana bahasa pu antara lain juga bergantung kepada manusia pelaksananya. Sehubungan dengan itulah, sosok yang memegang kendali dalam pembinaan dan pengembangan bahasa padamasa-masamendatang dituntut lebih profesional lagi di bidangnya.
Kemajuan atau perkembangan dalam segala sektor kehidupan sebagai dampak kemajuan ilmu dan teknologi menuntut fungsi optimal bahasa Indonesia sebagai saranan komunikasi masyarakat Indoesia. Bahasa Indonesia dituntut lebih efektif dan efisien dalam mewadahi berbagai konsep yang diperlukan masyarakat Idonesia yang semakin terbuka dan modern.Bahasa Indonesia juga harus bisa memenuhi keperluan masyarakat pemakainya dalam berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, pendidikan, pengetahuan, teknologi, keamanan, dan kebudayaan (Moeliono, dalam Sandi 2012). Dengan kata lain, bahasa Indonesia harus bisa mewujudkan jati dirinya sebagai bahasa modern, sebagaimana yang diamanatkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) (Lihat GBHN 1998).
b. Bahasa Asing dan Gengsi Sosial
Salah satu butir tujuan pembinaan bahasa Indonesia ialah membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Hal ini memberikan isyarat bahwa masalah sikap merupakan faktor yang paling menentukan keberhasilan pembinaan tersebut. Dari sikap positif inilah akan tumbuh kecintaan dan kebanggan berbahasa Indonesia.
Sikap positif terhadap bahasa Indonesia akhit-akhir ini memang sudah menampak, walaupun belum seperti yang kita harapkan. Hal ini berarti bahwa pembinaan bhasa Indonesia yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam berbagai bentuknya telah menmpakkan hasil yang cukup menggembirakan.Bahasa Indonesia telah memperlihatkan peranannya dalam kehidupan bangsa Indonesia, baik sebagai sarana komunikasi maupun sebagai pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan supaya bahasa Indonesia benar-benar menjadi kebanggan kita sebagai bangsa Indonesia.
          Jika kita berbicara tentang gengsi sosial dalam huungannya dengan bahasa Indonesia secar jujur masih memerlukan penanganan yang serius, baik yang menyangkut pembinaan maupun pengembangannya. Gengsi sosial bahasa Indonesia masih kalah tinggi dengan gengsi sosial bahasa asing (terutamabahasa Inggris) memang kita akui, dan ahal ini merupakan tantangan. Namun, hal ini janganlah kita tinggal diam dan pesimis.
Sebaliknya, kita harus nelakukan upaya-upaya yang dapat mengangkat gengsi sosial atau martabat bahasa Indonesia sehingga dapat sejajat dengan bahasa-asinhg asing yang sudah maju,mempunyai nama (prestise),dan berpengaruh besar di kalangan masyarakat.Salah satu cara yang bisa dilakukan agar bahasa Indonesia mempunyai gengsi sosial yang tinggi di kalangan masyatakat Indonesia adalah memberikan penghargaan yang proporsional kepada anggota masyarakat yang mampu berbahasa Indonesia (baik lisan maupun tulis) dengan baik dan benar, sebagai bagian dari porestasi yang bersangkutan. Misalnya, sedbagai persyaratan pengangkatan pegawai negeri atau karyawan, sebagai perssuaratan promosi jabatan, pemberian royalti yang layak kepada penulis/pengarang di bidang masing-masing dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
















BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
1.    penagaruh asing tersebut harus diarahkan ke perkembangan yang positif terhadap bahasa Indonesia. Bahkan, sedapat mungkin kita mencari peluang-peluang dari pengaruh globalisasi ini bagi kamajuan perkembangan bahasa Indonesia.
2.    diperlukan sebuah kesadaran dari masyarakat, terutama masyarakat Indonesia sebagai pengguna bahasa Indonesia, dalam menggunakan bahasa Indonesia. Masyarakat harus lebih bijak dalam memilah-milah bahasa baik dan buruk yang mereka dengar di internet ataupun media lainnya, sehingga mereka dapat membatasi penggunaan bahasa alay yang berlebihan
3.    Pembelajaran bahasa Indonesia tidak lepas dari belajar membaca, menulis, menyimak, berbicara, dan kemampuan bersastra.Aktivitas membaca merupakan awal dari setiap pembelajaran bahasa.Dengan membaca, mahasiswa dilatih mengingat, memahami isi bacaan, meneliti kata-kata istilah dan memaknainya. Selain itu, mahasiswa juga akan menemukan informasi yang belum diketahuinya.
4.    Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus disikapi bersama termasuk dalam pengajarannya.Bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Berbagai fenomena yang berdampak buruk pada kebenaran berbahasa yang disesuaikan dengan kaidahnya, dalam hal ini berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

B.  Saran
          Peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus dilakukan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seirama dengan ini, peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA


            Prabowo, Sandi. 2012. “Makalah Fungsi Dan Peran Bahasa Indonesia Dalam Era Dalam Globalisasi”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar